Tuesday, April 18, 2017

Dilema Kelapa Sawit


Kelapa sawit bukan tanaman endemik Indonesia.  Sawit termasuk golongan tumbuhan palma yang datang dari negara asalnya Afrika.  Di Indonesia, penyebarannya mulai dari daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), pantai timur Sumatera, lalu ke Jawa dan Sulawesi. Kemajuan perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit sesungguhnya berkat dorongan pemerintah dengan segala perangkat kebijakannya, mulai lahan hingga pembiayaan yang disubsidi serta teknologi terbarukan yang dapat dihasilkan oleh industri kelapa sawit yaitu biogas kelapa sawit.

Seperti tebu, kelapa sawit adalah "komoditas emas". Dari sawit bisa dihasilkan puluhan produk turunan bernilai tinggi, baik pangan maupun nonpangan. Energi fosil yang mulai habis dengan teknologi yang ada melalui kelapa sawit dapat menghasilkan energi terbarukan seperti biogas kelapa sawit. Namun pembukaan lahan dengan cara dibakar adalah cara paling mudah dan murah untuk dijadikan perkebunan sawit. Sebaliknya pembukaan lahan dengan cara baik-baik akan menemui sejumlah kendala.

Di sisi lain, sawit merupakan komoditi yang melajukan ekonomi Indonesia. Negeri ini menjadi salah satu eksportir sekaligus produsen sawit terbesar di dunia. Tak heran, sebab minyak sawit terkandung pada banyak barang-barang konsumsi harian, seperti minyak goreng, sabun, sampo, cokelat, dan lain-lain. Keunggulan karakter dan harga yang dimiliki sawit, mendorong perusahaan berlomba menanam dan mengolahnya. Serta limbah sawit dari pabrik kelapa sawit pun menghasilkan energi terbarukan yaitu biogas kelapa sawit.

Tetapi, berbagai keunggulan dan kebutuhan atas sawit tak bisa menghilangkan dampak negatifnya. Eskpansi sawit yang luar biasa mengakibatkan pengalihan fungsi hutan dan lahan rawa gambut tak terkendali. Muaranya adalah menciptakan perkebunan sawit yang lestari, lingkungan yang lestari dan masyarakat sawit yang lestari hingga di masa-masa mendatang.

No comments:

Post a Comment

Subscribe

Subscribe for our all latest news and updates

Flickr